Selama 2 hari saya gunakan untuk service motor dan membereskan semua pekerjaan yang akan ditinggal selama 5 hari.
Bekasi - Pegunungan Dieng
Jumat, 19 Oktober 2018, pukul 03:10 kami berangkat dari Harapan Indah Bekasi. Saya dengan Yamaha MT25, Bro Imam dengan Yamaha Scorpio (Zakir), Pak Kun dengan Honda Tiger 2000 (Togar) dan Bro Dedi dengan Suzuki Burgman (Bongsor).
Perjalanan menjelang Subuh relatif sepi, Pak Kun yang menjadi Road Captain (RC) memacu kenderaannya dengan cepat yang membuat kami sempat terpisah. Pak Kun dan Bro Imam melalui jalur pinggiran kota, saya dan Bro Dedi jalur dalam kota. Kami kembali bertemu di Spbu Indramayu. 3 jam waktu terbuang karena saling menunggu.
Pukul 11:00 tiba di Kota Tegal, kami mencari rumah makan soto tauto yang berada di samping Mesjid Agung.
Setelah sholat Jumat, pukul 14:00 kami melanjutkan perjalanan melalui Pekalongan, Kajen. Route yang terdekat menuju Dieng.
Pukul 18:00 tiba, sebelum mencari penginapan kami makan Mie Ongklok khas di daerah ini.
Pegunungan Dieng - Yogyakarta - Trenggalek
Sabtu, 20 Oktober 2018. Pagi itu Bro Dedi dapat telpon, karena ada urusan penting maka harus pulang. Dengan berat hati Bro Dedi pamit pulang. Kami bertiga akan meneruskan perjalanan menuju puncak B29.
Menjelang sore kami memasuki kota Yogyakarta, di kota ini kami singgah untuk istirahat dan makan malam di kawasan Malioboro, saat akan beranjak untuk melanjutkan perjalanan, turun hujan. Kami menunggu reda sambil minum kopi di Circle K.
Tepat pukul 22:00 kami meninggalkan kota ini menuju Trenggalek melalui route Klaten, Wonogiri, Ponorogo. Jalanan mulus begitu lengang, setelah melewati kota Klaten mengarah ke Wonogiri, jalanan mulai mengecil dan relatif sepi melewati pematang sawah yang panjang. Lampu penerangan jalan jarang kami temui. Tidak disarankan untuk Touring sendiri melewati route ini pada malam hari.
Memasuki kota Trenggalek pukul 04:20, rasa lelah dan ngantuk mulai terasa, kami memasuki mesjid untuk sholat Subuh dan tidur di terasnya.
Trenggalek - Senduro - Puncak B29
Minggu, 21 Oktober 2018. Hampir 3 jam kami terlelap, cukup untuk menghilangkan rasa lelah setelah melakukan perjalanan semalaman. Pagi ini kami mandi di Spbu yang berada dekat dengan mesjid.
Makanan nasi jagung banyak dijumpai di tempat ini, kami berhenti untuk
makan siang dan sholat Dzuhur, pukul 12:30 kami kembali melanjutkan perjalanan melalui kota Tulungagung, Blitar, Lumajang.
Perjalanan minggu siang ini begitu ramai kenderaan yang melintas. Setelah melewati desa Pronojiwo jalanan mulai menanjak dan menurun. Kami harus extra hati hati untuk melewati jalanan ini. Keselamatan dalam perjalanan adalah paling utama.
Menjelang malam kami tiba di Tugu kecamatan Candipuro, Maps mengarahkan kami untuk belok kiri. Beberapa kilometer dari tugu, kami berhenti di mesjid untuk sholat Magrib.
"Kalian mandi tidak, saya mau mandi" kata Bro Imam, "saya mandi juga" sahut Pak Kun, "saya juga" ujar saya. Kami semua mandi di tempat ini karena sebentar lagi kami akan memasuki daerah pegunungan yang airnya lebih dingin.
Setelah sholat Isya kami kembali melanjutkan perjalanan.
Jalanan yang rusak melewati pepohonan rindang menutupi sebagian jalan membuat saya ragu, apakah benar ini route menuju B29, hal yang sama juga dirasakan pak Kun. Setelah menanyakan kepada penduduk yang kami jumpai, ternyata jalan yang kami lalui ini adalah jalur alternatif menuju Senduro. Kami mengikuti petunjuk arah dari Google maps yang selalu mengarahkan ke route yang terdekat.
Tiba di Senduro kami singgah untuk makan malam. Udara dingin khas pegunungan mulai kami rasakan di tempat ini.
Bagi yang ingin berkunjung ke Puncak B29, kecamatan Senduro adalah tempat persinggahan terakhir yang ada Indomaret, ATM, Polsek, Bengkel dan beberapa pilihan rumah makan.
Pukul 22:00, kami melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal berjarak 22 Km. Cuaca gerimis tidak menghentikan semangat kami untuk mencapai puncak B29.
Dalam perjalanan di gelapnya malam, udara terasa sangat dingin. Jalanan menanjak dan berkabut tebal melewati hutan kecil membuat perjalanan semakin menantang.
Dalam waktu 30 menit tiba di Gapura Selamat datang di kawasan B29. Kami berhenti untuk berfoto ditempat ini.
Beberapa tukang Ojek menghampiri manawarkan jasa mencarikan penginapan dan ojek untuk ke puncak B29. Sesuai rencana memang kami akan menginap di desa Argosari dan besok pukul 03:30 akan naik ke puncak B29 yang berjarak sekitar 3 km.
Pak Kun bersama ojek melihat penginapan yang ditawarkan. Saat musim kemarau, sumur di desa ini banyak yang kering, termasuk rumah penduduk yang dijadikan penginapan atau homestay.
Saya bilang "Pak Kun, kalau kita menginap di penginapan tidak ada air, lebih baik kita langsung saja ke Puncak." Bro Imam dan pak Kun menyetujui.
Tukang Ojek terus mencoba merayu kami untuk jasa mengantarkan. Saat itu saya keberatan untuk diantar.
"Jalanan extreme pasti tidak naik, kalau kami ikut nanti kami bantu jika ada kesulitan." kata si tukang ojek.
Terpikir dibenak saya, hampir 5 tahun saya bergabung di Komunitas Trail Bandung, sudah sangat sering menaiki gunung dengan sepeda motor. Tapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami menyetujui diantar Ojek.
Setelah tawar menawar, sepakat dengan harga Rp.100.000 / Ojek untuk jasa mengantarkan sampai ke puncak.
Pukul 23:30 kami berangkat menuju puncak B29 diantar oleh 2 motor ojek.
Medan yang ditempuh cukup menantang yaitu aspal, paving blok dan tanah gembur dengan kemiringan mencapai 40 derajat. Jalanan kecil berliku di tepi jurang hanya bisa dilalui oleh dua motor berpapasan kami lewati di dinginnya malam.
Aspal dan paving blok kami lewati tanpa kesulitan, begitu memasuki jalur tanah gembur, disini kami kesulitan untuk melintasinya.
Motor meraung kencang, ban terbenam di tanah gembur bercampur debu tebal memacu Andrenalin kami.
Motor pak Kun si Togar (Honda Tiger 2000) koplingnya sampai habis. Bro Imam dibantu dorong agar bisa melewati Trek ini. Alhamdulillah saya bisa melewati semua lintasan ini dengan lancar.
Rasa lega dan senang ketika tiba di Puncak B29. Luapan kegembiraan membuat kami berteriak sambil melompat lompat kesenangan. Sesaat kami lupa akan semua masalah dan pekerjaan yang ditinggal di Bekasi.
Perjuangan yang sangat melelahkan untuk dapat mencapai puncak.
Bangga bisa mencapai puncak ketinggian 2.900 mdpl dengan mengendarai motor.
Jam menunjukkan pukul 01:30, tukang ojek membuka salah satu warung yang sudah tutup yang berada ditempat itu.
"Pak... tidur di dalam warung saja, pemiliknya family saya, kalau ada yang dimakan dan diminum, beritahu besok ke pemiliknya." kata Mas Rudi si Ojek.
"Alhamdulillah kita ada tempat untuk tidur." sahut Bro Imam.
Sebelum tidur saya sempat melihat di Hp android, suhu 12 derajat.
Pesona Puncak B29, Negeri diatas awan
Puncak B29, ketinggian 2.900 meter dari permukaan laut (Mdpl), terletak di Kabupaten Lumajang Jawa Timur ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Sumeru. Banyak wisatawan berkunjung ketempat ini untuk menyaksikan matahari terbit.
Pemandangan yang sangat menarik lainnya adalah kita bisa menyaksikan lautan pasir Gunung Bromo yang puncaknya 2.392 Mdpl, juga dapat melihat Gunung Sumeru dan beberapa Gunung lainnya.
Saya mengabadikan semua momen dan pesona puncak B29 dengan berfoto.
Matahari terbit di Puncak B29
Senin, 22 Oktober 2018. "Bangunnnn..." teriak Bro Imam, jam menunjukkan pukul 04:20. Udara dingin dan lelah membuat saya malas untuk beranjak bangun. "Keisha sudah menunggu di telepon." ujar pak Kun. Saya memang berjanji ke Keisha anak perempuanku untuk Video Call saat matahari terbit. Saat itu saya melihat di Hp android, suhu mencapai 7 derajat.
Begitu indah saat menikmati matahari terbit. Pemandangan sangat menakjubkan. Ciptaan dari yang Maha Sempurna, Maha Indah, Maha Besar, Allah SWT. Inilah salah satu karunia yang diberikan kepada manusia. Rasa lelah terbayar sudah oleh indahnya pemandangan alam.
Karena terlalu senang, Bro Imam dan Pak Kun sibuk berfoto bergantian sehingga mereka lupa kalo saya juga ingin difoto. Akhirnya saya minta bantuan orang lain yang berkunjung ditempat itu untuk memfoto saya. Hehehe...
Gunung Bromo
Pukul 09:00 kami turun meninggalkan puncak B29, Togar motor milik Pak Kun harus dibawa ke bengkel yang berada di Senduro untuk mengganti kanvas kopling.
Jalan yang menurun, saya mematikan mesin motor karena ingin jalan pelan sambil menikmati pemandangan. Tiba tiba saya terkejut saat menginjak rem belakang... Blong.. Saya berusaha mengendalikan dengan menggunakan rem depan dan gigi satu agar bisa berhenti. Rem cakram belakang panas dan habis. Beberapa bengkel saya tanya, tidak ada yang menjual kanvas rem Yamaha MT25, akhirnya saya harus ke kota Lumajang yang berjarak sekitar 30 km dari Senduro.
Setelah mendapat informasi dari penduduk di Senduro, Pukul 13:00 kami melanjutkan perjalanan ke Bromo melalui route Ranupani. Kalau melihat di Maps jalan alternatif ini tidak terlihat.
Ranupani adalah pintu masuk bagi para pendaki menuju Gunung Sumeru. Di tempat ini saya melihat banyak pengunjung yang ingin mendaki sambil membawa ransel besar perlengkapan mereka.
Perjalanan 1 jam kami tiba di lautan pasir Bromo. Untuk dapat menaiki tangga Bromo, kita harus melintasi jalan pasir melewati Bukit Teletubies.
Membawa motor dilintasan pasir bukan hal yang mudah, ban terpeleset dan terbenam di pasir kering. Saya sesekali hampir terjatuh.
Dari kejauhan saya melihat motor melaju kencang di atas pasir, ada juga yang berboncengan melewati kami sambil ngebut. Saya sempat heran dan berfikir, kok bisa...!
Mereka bisa kenapa saya tidak, itu yang terpikir dibenak saya. Setelah memperhatikan dan mencoba beberapa kali.
Yess... Akhirnya saya juga bisa, sebenarnya triknya mudah, hanya mengurangi tekanan angin ban depan dan membawa motor agak cepat sambil memegang stang dengan kuat.
Saya langsung memberi tahu cara ini ke teman lainnya, akhirnya mereka bisa.
Bro Imam dan Pak Kun bolak balik di lintasan pasir ini tanpa merasa lelah, sementara saya sudah mulai kelelahan. Keasyikan bermain motor membuat lupa akan waktu, sehingga sudah tidak memungkinkan lagi menaiki tangga Bromo.
Di Ngadisari kami berhenti di masjid untuk sholat Magrib, kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Route kami adalah melewati kota Pasuruan, Mojokerto, Ngawi, Semarang.
Lalu lintas ramai di Pasuruan membuat kami kembali terpisah. Pukul 02:00 kami kembali komunikasi, saya ada di Mejayan, Bro Imam di Nganjuk dan Pak Kun ada di Kertosono. Kami sepakat untuk kembali bertemu di kota Ngawi.
Ngawi - Bekasi
Selasa, 23 Oktober 2018. Saat memasuki kota Ngawi pukul 04:15, saya berhenti di Spbu untuk mengisi bahan bakar Pertamax, sholat Subuh sambil menunggu Bro Imam dan Pak Kun. Saya tertidur 2 jam, ketika bangun HP eror, sehingga tidak bisa berkomunikasi lagi. Pukul 08:00, Bro Imam dan Pak Kun belum juga tiba, akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri.
Alhamdulillah... Pukul 21:40, saya tiba di rumah dengan selamat.
Perjalanan Touring yang menyenangkan.
Terimakasih kepada Bro Imam dan Pak Kun atas kebersamaannya selama perjalanan.
Ikuti cerita Touring saya selanjutnya... Explore Pulau Belitung.
Bekasi - Pegunungan Dieng
Jumat, 19 Oktober 2018, pukul 03:10 kami berangkat dari Harapan Indah Bekasi. Saya dengan Yamaha MT25, Bro Imam dengan Yamaha Scorpio (Zakir), Pak Kun dengan Honda Tiger 2000 (Togar) dan Bro Dedi dengan Suzuki Burgman (Bongsor).
Perjalanan menjelang Subuh relatif sepi, Pak Kun yang menjadi Road Captain (RC) memacu kenderaannya dengan cepat yang membuat kami sempat terpisah. Pak Kun dan Bro Imam melalui jalur pinggiran kota, saya dan Bro Dedi jalur dalam kota. Kami kembali bertemu di Spbu Indramayu. 3 jam waktu terbuang karena saling menunggu.
Pukul 11:00 tiba di Kota Tegal, kami mencari rumah makan soto tauto yang berada di samping Mesjid Agung.
Setelah sholat Jumat, pukul 14:00 kami melanjutkan perjalanan melalui Pekalongan, Kajen. Route yang terdekat menuju Dieng.
Pukul 18:00 tiba, sebelum mencari penginapan kami makan Mie Ongklok khas di daerah ini.
Pegunungan Dieng - Yogyakarta - Trenggalek
Sabtu, 20 Oktober 2018. Pagi itu Bro Dedi dapat telpon, karena ada urusan penting maka harus pulang. Dengan berat hati Bro Dedi pamit pulang. Kami bertiga akan meneruskan perjalanan menuju puncak B29.
Menjelang sore kami memasuki kota Yogyakarta, di kota ini kami singgah untuk istirahat dan makan malam di kawasan Malioboro, saat akan beranjak untuk melanjutkan perjalanan, turun hujan. Kami menunggu reda sambil minum kopi di Circle K.
Tepat pukul 22:00 kami meninggalkan kota ini menuju Trenggalek melalui route Klaten, Wonogiri, Ponorogo. Jalanan mulus begitu lengang, setelah melewati kota Klaten mengarah ke Wonogiri, jalanan mulai mengecil dan relatif sepi melewati pematang sawah yang panjang. Lampu penerangan jalan jarang kami temui. Tidak disarankan untuk Touring sendiri melewati route ini pada malam hari.
Memasuki kota Trenggalek pukul 04:20, rasa lelah dan ngantuk mulai terasa, kami memasuki mesjid untuk sholat Subuh dan tidur di terasnya.
Trenggalek - Senduro - Puncak B29
Minggu, 21 Oktober 2018. Hampir 3 jam kami terlelap, cukup untuk menghilangkan rasa lelah setelah melakukan perjalanan semalaman. Pagi ini kami mandi di Spbu yang berada dekat dengan mesjid.
Makanan nasi jagung banyak dijumpai di tempat ini, kami berhenti untuk
makan siang dan sholat Dzuhur, pukul 12:30 kami kembali melanjutkan perjalanan melalui kota Tulungagung, Blitar, Lumajang.
Perjalanan minggu siang ini begitu ramai kenderaan yang melintas. Setelah melewati desa Pronojiwo jalanan mulai menanjak dan menurun. Kami harus extra hati hati untuk melewati jalanan ini. Keselamatan dalam perjalanan adalah paling utama.
Menjelang malam kami tiba di Tugu kecamatan Candipuro, Maps mengarahkan kami untuk belok kiri. Beberapa kilometer dari tugu, kami berhenti di mesjid untuk sholat Magrib.
"Kalian mandi tidak, saya mau mandi" kata Bro Imam, "saya mandi juga" sahut Pak Kun, "saya juga" ujar saya. Kami semua mandi di tempat ini karena sebentar lagi kami akan memasuki daerah pegunungan yang airnya lebih dingin.
Setelah sholat Isya kami kembali melanjutkan perjalanan.
Jalanan yang rusak melewati pepohonan rindang menutupi sebagian jalan membuat saya ragu, apakah benar ini route menuju B29, hal yang sama juga dirasakan pak Kun. Setelah menanyakan kepada penduduk yang kami jumpai, ternyata jalan yang kami lalui ini adalah jalur alternatif menuju Senduro. Kami mengikuti petunjuk arah dari Google maps yang selalu mengarahkan ke route yang terdekat.
Tiba di Senduro kami singgah untuk makan malam. Udara dingin khas pegunungan mulai kami rasakan di tempat ini.
Bagi yang ingin berkunjung ke Puncak B29, kecamatan Senduro adalah tempat persinggahan terakhir yang ada Indomaret, ATM, Polsek, Bengkel dan beberapa pilihan rumah makan.
Pukul 22:00, kami melanjutkan perjalanan yang hanya tinggal berjarak 22 Km. Cuaca gerimis tidak menghentikan semangat kami untuk mencapai puncak B29.
Dalam perjalanan di gelapnya malam, udara terasa sangat dingin. Jalanan menanjak dan berkabut tebal melewati hutan kecil membuat perjalanan semakin menantang.
Dalam waktu 30 menit tiba di Gapura Selamat datang di kawasan B29. Kami berhenti untuk berfoto ditempat ini.
Beberapa tukang Ojek menghampiri manawarkan jasa mencarikan penginapan dan ojek untuk ke puncak B29. Sesuai rencana memang kami akan menginap di desa Argosari dan besok pukul 03:30 akan naik ke puncak B29 yang berjarak sekitar 3 km.
Pak Kun bersama ojek melihat penginapan yang ditawarkan. Saat musim kemarau, sumur di desa ini banyak yang kering, termasuk rumah penduduk yang dijadikan penginapan atau homestay.
Saya bilang "Pak Kun, kalau kita menginap di penginapan tidak ada air, lebih baik kita langsung saja ke Puncak." Bro Imam dan pak Kun menyetujui.
Tukang Ojek terus mencoba merayu kami untuk jasa mengantarkan. Saat itu saya keberatan untuk diantar.
"Jalanan extreme pasti tidak naik, kalau kami ikut nanti kami bantu jika ada kesulitan." kata si tukang ojek.
Terpikir dibenak saya, hampir 5 tahun saya bergabung di Komunitas Trail Bandung, sudah sangat sering menaiki gunung dengan sepeda motor. Tapi dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kami menyetujui diantar Ojek.
Setelah tawar menawar, sepakat dengan harga Rp.100.000 / Ojek untuk jasa mengantarkan sampai ke puncak.
Pukul 23:30 kami berangkat menuju puncak B29 diantar oleh 2 motor ojek.
Medan yang ditempuh cukup menantang yaitu aspal, paving blok dan tanah gembur dengan kemiringan mencapai 40 derajat. Jalanan kecil berliku di tepi jurang hanya bisa dilalui oleh dua motor berpapasan kami lewati di dinginnya malam.
Aspal dan paving blok kami lewati tanpa kesulitan, begitu memasuki jalur tanah gembur, disini kami kesulitan untuk melintasinya.
Motor meraung kencang, ban terbenam di tanah gembur bercampur debu tebal memacu Andrenalin kami.
Motor pak Kun si Togar (Honda Tiger 2000) koplingnya sampai habis. Bro Imam dibantu dorong agar bisa melewati Trek ini. Alhamdulillah saya bisa melewati semua lintasan ini dengan lancar.
Rasa lega dan senang ketika tiba di Puncak B29. Luapan kegembiraan membuat kami berteriak sambil melompat lompat kesenangan. Sesaat kami lupa akan semua masalah dan pekerjaan yang ditinggal di Bekasi.
Perjuangan yang sangat melelahkan untuk dapat mencapai puncak.
Bangga bisa mencapai puncak ketinggian 2.900 mdpl dengan mengendarai motor.
Jam menunjukkan pukul 01:30, tukang ojek membuka salah satu warung yang sudah tutup yang berada ditempat itu.
"Pak... tidur di dalam warung saja, pemiliknya family saya, kalau ada yang dimakan dan diminum, beritahu besok ke pemiliknya." kata Mas Rudi si Ojek.
"Alhamdulillah kita ada tempat untuk tidur." sahut Bro Imam.
Sebelum tidur saya sempat melihat di Hp android, suhu 12 derajat.
Puncak B29, ketinggian 2.900 meter dari permukaan laut (Mdpl), terletak di Kabupaten Lumajang Jawa Timur ini masuk dalam kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Sumeru. Banyak wisatawan berkunjung ketempat ini untuk menyaksikan matahari terbit.
Pemandangan yang sangat menarik lainnya adalah kita bisa menyaksikan lautan pasir Gunung Bromo yang puncaknya 2.392 Mdpl, juga dapat melihat Gunung Sumeru dan beberapa Gunung lainnya.
Saya mengabadikan semua momen dan pesona puncak B29 dengan berfoto.
Matahari terbit di Puncak B29
Senin, 22 Oktober 2018. "Bangunnnn..." teriak Bro Imam, jam menunjukkan pukul 04:20. Udara dingin dan lelah membuat saya malas untuk beranjak bangun. "Keisha sudah menunggu di telepon." ujar pak Kun. Saya memang berjanji ke Keisha anak perempuanku untuk Video Call saat matahari terbit. Saat itu saya melihat di Hp android, suhu mencapai 7 derajat.
Begitu indah saat menikmati matahari terbit. Pemandangan sangat menakjubkan. Ciptaan dari yang Maha Sempurna, Maha Indah, Maha Besar, Allah SWT. Inilah salah satu karunia yang diberikan kepada manusia. Rasa lelah terbayar sudah oleh indahnya pemandangan alam.
Karena terlalu senang, Bro Imam dan Pak Kun sibuk berfoto bergantian sehingga mereka lupa kalo saya juga ingin difoto. Akhirnya saya minta bantuan orang lain yang berkunjung ditempat itu untuk memfoto saya. Hehehe...
Gunung Bromo
Pukul 09:00 kami turun meninggalkan puncak B29, Togar motor milik Pak Kun harus dibawa ke bengkel yang berada di Senduro untuk mengganti kanvas kopling.
Jalan yang menurun, saya mematikan mesin motor karena ingin jalan pelan sambil menikmati pemandangan. Tiba tiba saya terkejut saat menginjak rem belakang... Blong.. Saya berusaha mengendalikan dengan menggunakan rem depan dan gigi satu agar bisa berhenti. Rem cakram belakang panas dan habis. Beberapa bengkel saya tanya, tidak ada yang menjual kanvas rem Yamaha MT25, akhirnya saya harus ke kota Lumajang yang berjarak sekitar 30 km dari Senduro.
Setelah mendapat informasi dari penduduk di Senduro, Pukul 13:00 kami melanjutkan perjalanan ke Bromo melalui route Ranupani. Kalau melihat di Maps jalan alternatif ini tidak terlihat.
Ranupani adalah pintu masuk bagi para pendaki menuju Gunung Sumeru. Di tempat ini saya melihat banyak pengunjung yang ingin mendaki sambil membawa ransel besar perlengkapan mereka.
Perjalanan 1 jam kami tiba di lautan pasir Bromo. Untuk dapat menaiki tangga Bromo, kita harus melintasi jalan pasir melewati Bukit Teletubies.
Membawa motor dilintasan pasir bukan hal yang mudah, ban terpeleset dan terbenam di pasir kering. Saya sesekali hampir terjatuh.
Dari kejauhan saya melihat motor melaju kencang di atas pasir, ada juga yang berboncengan melewati kami sambil ngebut. Saya sempat heran dan berfikir, kok bisa...!
Mereka bisa kenapa saya tidak, itu yang terpikir dibenak saya. Setelah memperhatikan dan mencoba beberapa kali.
Yess... Akhirnya saya juga bisa, sebenarnya triknya mudah, hanya mengurangi tekanan angin ban depan dan membawa motor agak cepat sambil memegang stang dengan kuat.
Saya langsung memberi tahu cara ini ke teman lainnya, akhirnya mereka bisa.
Bro Imam dan Pak Kun bolak balik di lintasan pasir ini tanpa merasa lelah, sementara saya sudah mulai kelelahan. Keasyikan bermain motor membuat lupa akan waktu, sehingga sudah tidak memungkinkan lagi menaiki tangga Bromo.
Di Ngadisari kami berhenti di masjid untuk sholat Magrib, kemudian melanjutkan perjalanan pulang. Route kami adalah melewati kota Pasuruan, Mojokerto, Ngawi, Semarang.
Lalu lintas ramai di Pasuruan membuat kami kembali terpisah. Pukul 02:00 kami kembali komunikasi, saya ada di Mejayan, Bro Imam di Nganjuk dan Pak Kun ada di Kertosono. Kami sepakat untuk kembali bertemu di kota Ngawi.
Ngawi - Bekasi
Selasa, 23 Oktober 2018. Saat memasuki kota Ngawi pukul 04:15, saya berhenti di Spbu untuk mengisi bahan bakar Pertamax, sholat Subuh sambil menunggu Bro Imam dan Pak Kun. Saya tertidur 2 jam, ketika bangun HP eror, sehingga tidak bisa berkomunikasi lagi. Pukul 08:00, Bro Imam dan Pak Kun belum juga tiba, akhirnya saya putuskan untuk melanjutkan perjalanan sendiri.
Alhamdulillah... Pukul 21:40, saya tiba di rumah dengan selamat.
Perjalanan Touring yang menyenangkan.
Terimakasih kepada Bro Imam dan Pak Kun atas kebersamaannya selama perjalanan.
Ikuti cerita Touring saya selanjutnya... Explore Pulau Belitung.
Masih ada yg belum lunas, naik ke Bromo.
BalasHapusKangen... Buat mengulang kembali
Pak Kunto Master Touring. Nanti kalo Touring ke Pulau Bali, bisa singgah di Puncak Bromo.
Hapus